Mantra adalah jenis puisi lama yang mengandung daya magis, setiap daerah di Indonesia umumnya memiliki mantra, biasanya mantra di daerah menggunakan bahasa daerah masing-masing.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Mantra diartikan sebagai susunan kata yang berunsur puisi (seperti rima dan irama) yang dianggap mengandung kekuatan gaib, biasanya diucapkan oleh dukun atau pawang untuk menandingi kekuatan gaib yang lain. (Pusat Bahasa Depdiknas R.I.,KBBI, Jakarta, 4 Februari 2008).
Mantra berupa rangkaian kata-kata (kalimat) yang dianggap mampu menciptakan perubahan (misalnya perubahan spiritual). Jenis dan kegunaan mantra berbeda-beda tergantung mahzab dan filsafat yang terkait dengan mantra tersebut.
Mantra (Dewanagari: मन्त्र; IAST: mantra) berasal dari tradisi Weda di India, kemudian menjadi bagian penting dalam tradisi Hindu dan praktik sehari-hari dalam agama Buddha, Sikhisme dan Jainisme.
Penggunaan mantra sekarang tersebar melalui berbagai gerakan spiritual yang berdasarkan (atau cabang dari) berbagai praktik dalam tradisi dan agama ketimuran. Mantra-mantra, suku kata Sanskerta yang tertulis pada yantra, merupakan perwujudan pikiran yang merepresentasikan keilahian atau kekuatan kosmik, yang menggunakan pengaruh mereka dengan getaran suara (id.wikipedia.org/wiki/Mantra).
Penggunaan mantra sekarang tersebar melalui berbagai gerakan spiritual yang berdasarkan (atau cabang dari) berbagai praktik dalam tradisi dan agama ketimuran. Mantra-mantra, suku kata Sanskerta yang tertulis pada yantra, merupakan perwujudan pikiran yang merepresentasikan keilahian atau kekuatan kosmik, yang menggunakan pengaruh mereka dengan getaran suara (id.wikipedia.org/wiki/Mantra).
Mantra juga dikenal masyarakat indonesia sebagai rapalan untuk maksud dan tujuan tertentu yang bermaksud baik maupun tidak baik. Dalam dunia sastra, mantra adalah jenis puisi lama yang mengandung daya magis.
Setiap daerah di Indonesia umumnya memiliki mantra, biasanya mantra di daerah menggunakan bahasa daerah masing-masing. Seperti dalam bahasa Minangkabau ada istilah manto, jampi-jampi, sapo-sapo, kato pusako, capak baruak. Sampai saat ini mantera masih bertahan di tengah-tengah masyarakat di Minangkabau. Mantra di Minangkabau saat ini berupa campuran antara bahasa Minangkabau lama (kepercayaan animisme dan dinamisme), Melayu, bahasa Sanskerta (pengaruh Hindu Budha) dan bahasa Arab (pengaruh Islam) [Djamaris E. Pengantar sastra rakyat Minangkabau]. Walau dalam Islam tidak mengenal istilah mantra, karena segala siksa, adzab, karunia, kenikmatan, perlindungan dari berbagai adzab dan bencana berasal dari Allah Sang Pencipta dan Pemelihara alam semesta, dan segala permohonan kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa adalah do’a (الدُّعاء). Islam hanya membolehkan berdo’a untuk kebaikan. Sedangkan do’a yang buruk dalam Islam mutlak dilarang, seperti memohon agar ditimpakan kecelakaan kepada seseorang atau kepada suatu kaum dan sebagainya.
Mantra Dalam Kebudayaan Masyarakat
Sebagian masyarakat tradisional khususnya di Nusantara biasanya menggunakan mantra untuk tujuan tertentu. Selain merupakan salah satu sarana komunikasi dan permohonan kepada Tuhan, mantra dengan kata yang berima memungkinkan orang semakin rileks dan masuk pada keadaan trance. Dalam kalimat mantra yang kaya metafora dengan gaya bahasa yang hiperbola tersebut membantu perapal melakukan visualisasi terhadap keadaan yang diinginkan dalam tujuan mantra. Kalimat mantra yang diulang-ulang menjadi Afirmasi, Pembelajaran di level unconscious dan membangun apa yang para psikolog dan motivator menyebutnya sebagai sugesti diri.
Contoh:
- SMS (Sebait Mantra Sakti)
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Shallallaahu alaihi wa sallam. Shifatullaah,
Qulhu sungsang selangsang kumala geni
Iblis mara, iblis mati
Setan mara, setan mati
Hantu mara, hantu mati
Wilma mara, wilma mati
Jalma mara, mara keplayu thobama karo rama.
Laahaula walaaquwwata illaa biLLaah. - SMS (Sebait Mantra Selamat)
Shallallaahu alaihi wa sallam. Shifatullah, qulhu sungsang,
tekenku para malaekat, Nabiku Nabi Muhammad,
luputa kang diarah, kenaha kang ngarang. Allahu akbar.
Keterngan:- luputa (baca: luputo) » luput » lupa, salah, melesed, terhindar.
- luputa » kata perintah » luputlah, lupakanlah, hindarkanlah.
- kenaha (baca: kenoho) » kata perintah » kenailah, mengenalah.
- kang ngarah » yang mengarah (yang mengarahkan atau mengirimkan sesuatu ke sasaran yang diarah).
(Shallallaahu alaihi wa sallam. Shifatullah, qulhu sungsang,
tongkatku para malaikat, Nabiku Nabi Muhammad,
hindari yang diarah, kembalilah pada asalnya. Allahu akbar).
- SMS (Sebait Mantra Siyungwanara)
Gebyar sapisan sakehing cahya padha sirna,
gebyar pindho sakehing roh padha sirep, rep sirep sajagate,
kepyar-kepyur si bajul padha lumayu bubar. - SMS (Sederet Mantra Syifa’)
Jenis mantra ini khusus digunakan untuk menyembuhkan penyakit.- SMS Sampuli (Sebait Mantra Sambur Sampuli):
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Baringgang baringganggung
Ambil rakit
Allmundhi mantuk ka pucuknya
Jangan engkau mahaurinya
Jangan engkau masuk ka pusatnya
Jangan engkau masuk ka urinya
Kalau engkau tak kaluar
Maka manjadi segara hijau
Barkat Laa ilaaha illallaah Muhammadurrasulullaah - SMS (Sebait Mantra Sawan): Bismillaahirrahmaanirrahiim
Tarbang burung
Mulang mansawan
Hinggap kayu mali-mali
Aku tahu asal engkau
Mulang mansawan
Asal uri lawan tambuni
Barkat Laa ilaaha illallaah Muhammadurrasulillaah - SMS Sampuli (Sebait Mantra Sambur Sampuli):
Referensi:
- http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, 4 Februari 2008).
- Djamaris E. Pengantar sastra rakyat Minangkabau. Ed-1. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia; 2001.
- http://id.wikipedia.org/wiki/Mantra.
No comments:
Post a Comment